KEHENDAK ALLAH DAN SYUKUR
Hari Rabu Pekan Biasa XV, 19 Juli 2017
Kel.
3:1-6. 9-12; Mzm. 103:1-2. 3-4. 6-7; Mat. 11:25-27
“Aku
bersyukur kepada-Mu, ya bapa, Tuhan langit dan bumi! Sebab semuanya itu Kau
sembunyikan bagi orang bijak dan pandai, tetapi Kau nyatakan kepada orang
kecil.”
(Mat. 11:25)
Didalam
masyarakat kita, kegagalan dalam suatu pencapaian prestasi tertentu seringkali
dikaitkan dengan keburukan, kemalangan dan bahkan malapetakan. Hal itu berlaku
dalam dunia bisnis, pendidikan atau hubungan sosial. Orang sulit melihat
hal-hal yang positif dibalik setiap kejadian itu. Maka muncullah kekecewaan,
kepahitan, prasangka buruk dan mencari “Kambing Hitam” untuk membenarkan diri.
Alih-alih keluar dari situasi ini, justru orang digiring kepada sikap
keputusasaan.
Dalam
doa-Nya, terlihat jelas Tuhan Yesus mengalami kegagalan mempertobatkan orang
bijak dan pandai. Tetapi mengapa Tuhan Yesus justru bersyukur akan hal ini? Bukan
karena masalah suka atau tidak suka dengan kaum cerdik pandai. Justru Tuhan
Yesus melihat kegagalan-Nya itu, sebagai bagian dari kebijaksanaan Allah dalam kerangka
rencana keselamatan yang sedang dikerjakan-Nya. Bahwa Allah memperhatikan orang
kecil yang tersisih dan seringkali dianggap remeh, tetapi justru lebih rendah
hati dan terbuka akan warta keselamatan. Jadi Tuhan yesus hanya melakukan
kehendak Bapa-Nya, “Ya Bapa, itulah yang berkenan dihati-Mu,” kata yesus kepada
bapa-Nya. (Mat. 11:26)
Barangkali kita yang pernah mengalami kegagalan dalam hidup boleh
belajar kepada Tuhan Yesus yang meletakkan segala sesuatu yang dikerjakan-Nya
hanya demi melaksanakan kehendak Allah Bapa. Bersyukurlah!
Oleh: Fr. Mikael Pius, CSE
Komentar
Posting Komentar